Minggu, 09 Juni 2013

Arti Sebuah Pencapaian


Mahameru (doc:pribadi)
     Kamis 5 juni, aku dan sahabat mulai melangkah dari pos ranu pane menuju jalur pendakian gunung semeru, kami berjumlah empat belas, rata-rata dari kami adalah pemula termasuk aku, rida dan siti. Pemula yang nekat mendaki gunung tertinggi di pulau jawa, aku hanya ingin tau rasa tentang arti sebuah pencapaian mendaki gunung yang belum aku kenal sebelumnya.

     Perjalanan yang langsung menanjak membuat langkah kaki ini berat dan nafas mulai tak beraturan untuk aku hembuskan, sepanjang jalan aku hanya bisa merunduk untuk tak merasakan betapa panjang dan naiknya jalan setapak menuju ranu kumbolo. Entah apa yang ada dalam pikiran pendaki gunung, aku hanya menarik benang merah dari sebuah perjalanan yakni sebuah pengorbanan untuk tujuan, dan solidaritas antar teman manjadi senjata menggapai itu semua.

     Waktu berputar terasa cepat dalam langkah yang aku tapakkan, seiring itu mulai terlihat siapa-siapa saja yang menuai layu dalam gelap hutan taman nasional bromo tengger semeru. Keluhan seakan beriringan dengan langkah beberapa teman termasuk siti, "ayo siti kamu kuat" begitu terdengar ditelingaku dari seorang teman lain. Indah dirasa saat itu buat aku, karna kami saling baru kenal namun kehangatan keluarga itu ada.

ranu kumbolo (doc: pribadi)
     Angin berhembus dimalam gelap hingga sang surya muncul dari balik bukit ranu kumbolo, namun kicauan burung tak menyapaku dikeributan pagi itu. Ya. Ribut tentang masakan yang tak kunjung selesai dari para wanita, yasudahlah yang kemudian aku mengabadikan moment lewat mata lensaku dan beberapa yang indah disisi dimana aku berdiri. Masih belum selesai rasanya pegal dikaki ini, namun tanjakan cinta menyapaku setelah makan usai, masih terngiang aku dengan mitos ditanjakan itu dan aku ingin merasakan sensasinya. Langkah kaki kecilku melangkah tapak demi tapak dan nafas ini mulai mengatur ritmenya, begitu berat namun aku menyelesaikannya dengan mulus tanpa berhenti dan menoleh belakang.

oro-oro ombo (doc:pribadi)
     Sesudah tanjakan itu, rumput yang memutih dan ungunya bunga menyapa dengan hembusan angin. Berhenti sejenak untuk sekedar foto bersama hingga langkah kaki kembali memulai pendakian. Kami sampai dihutan cemara yang biasa disebut dengan sebutan cemoro kandang, dan kini solidaritasku diuji dengan membawa dua tas besar milik aku dan siti, mungkin jumlah beratnya melebihi berat badanku yang tak kurang 55kg. Yang ada dalam benak saat itu, tak mungkin aku tega melihat temanku (Siti) begitu sulit melangkah dengan nafas yang tak beraturan terus mendaki gunung ini, dalih ingin menghamat tenaga untuk muncak nanti aku patahkan demi sebuah arti lain dalam diri.

     Perjalanan yang penuh warna. Pelangi saja akan kalah dengan warna yang aku temukan saat ini. Kala itu aku juga melihat teman yang lain bernama Rida, setidaknya dia juga penuh pengorbanan dengan menambah isi tasnya dengan logistik untuk kami semua. Dengan tekat bulat ia tetap melangkah meski sedikit sempoyongan, lain dengan Ain yang penuh ambisi ingin menginjakan kaki di semeru dengan bekal beberapa kali mendaki. dan Dwi masih dengan rasa sakit di kakinya akibat jatuh dia tetap melangkah dengan keinginan yang kuat.

ranu kumbolo (doc:pribadi)
    Rintik hujan membasahi kami, dengan harap malam nanti hujan reda saat langkah kaki ini akan ke Mahameru. Ternaya tuhan mengabulkan hal itu, dua jam sebelum kami mendaki ke puncak dari kali mati hujan mereda. Tuhan tahu kami tak pandai mendaki sebuah gunung sehingga pasir mahameru dibasahi untuk mempermudah kami melangkah. Disini pencapaian itu akan terlihat dan penuh arti, aku yang mengiringi langkah Siti berjalan dibelakang dari rombongan. Memberi arahan dan semangat padanya setahu yang aku tahu. Namun egoku lebih besar saat ini, ketika aku melihat kawan-kawan yang lelah saling bersama dengan bekal yang mereka bawa dan aku meninggalkan Siti bersama teman yang lain.

     Hanya demi sunrise dipuncak mahameru aku menjauh dari kawan-kawan baruku, "aku tak ingin melawatkan sunrise di mahameru" itu dalam fikirku yang membuat kaki ini seakan tak letih meski nafas sudah mengalun dengan keras. Dipuncak aku terdiam, aku takut kesombongan tiba sebentar lagi yang menjadikan aku tak lagi menjadi aku, hingga kemudian aku duduk di batu sambil melihat warna jingga mengabadikan kemunculan sang surya dari balik awan. Terlihat gunung agropuro dengan gagah membentang dan menjulang dalam redup kabut yang menutupinya.

     Selang beberapa saat kemudian teman bergantian mencapai puncak mahameru dengan berbagai rasa yang mereka rasakan, yang berujung foto-foto di bendera Merah Putih, tergantung tulisan MAHAMERU 3676 mdpl ditiang. Tiba saatnya turun terlihat beberapa teman masih berjuang menuju puncak, begitu juga dengan Siti yang kemudian harus aku patahkan keinginannya menuju puncak dan kembali turun karna keadaan dia yang tak mendukung.



edelweis arco podo (doc:pribadi)

doc:pribadi

doc:pribadi
     Dalam tidur aku meraba tentang arti sebuah pencapaian, setelah rangkaian pristiwa yang aku alami kemarin. Tentang rangkaian kata yang keluar dari bibir manis seorang pendaki yang menyebutkan waktu dalam tanya untuk sebuah pendakian, waktu tempuh untuk mengukur sebuah pencapaian, waktu menjadikan tolak ukur pencapian, waktu yang menjadikan dia ingin terlihat hebat dan dikagumi, itu semua hanya pendaki yang tak mengerti tentang sebuah kindahan yang tercipta saat mendaki.


Penutup :

     Rida dengan keyakinan kuatnya dan masih awam juga mampu menginjakan kakinya di puncak, dan itu pencapian berarti baginya tanpa harus melewatkan keindahan yang di sajikan tuhan untuk dinikmati lewat mata dan rasa, sehingga waktu begitu terasa indah.

     Siti seorang cewek kantoran dengan rasa keingin tahuan dia, melewati waktunya dengan berbagai pengalaman sampai kenangan yang tak mungkin terlupakan, dan waktu menjadikan semua terasa indah.

     Nikmati waktu yang diberikan tuhan untuk menikmati apa yang Dia sajikan, tidak untuk menyianyiakanya karna gunung takkan lari ketika kita kejar sobat. :)